VISIT US

Monday, March 18, 2013

BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF DENGAN PASANGAN


Beberapa hal dasar untuk menciptakan komunikasi yang efektif:

Mendengarkan
Pendengar yang baik, memberikan perhatian terhadap kata-kata yang diucapkan pasangannya DAN juga perasaan pasangannya. Mampu memberikan pesan bahwa “Kamu penting untuk saya”.













Berbicara
1. Mengungkapkan secara jelas
Sebagian orang beranggapan  bahwa pasangannya mengetahui kebutuhan, perasaan, dan pendapat mereka, meskipun mereka tidak mengungkapkannya secara verbal.  Untuk menghindari salah paham, sampaikan pemikiran anda secara jelas, jujur, dan positif.
- Jangan menghindari topik hanya karena anda takut pada apa yang pasangan anda akan pikirkan.  Fokus pada bagaimana hal itu memengaruhi anda.
-Hindari untuk menyalahkan atau mengkritik pasangan anda saat mengekspresikan sesuatu. Contoh menyalahkan: “Nggak seperti kamu, saya…” atau “Gara-gara kamu ….”.

Menggunakan “I” Messages

Cara yang efektif untuk menyampaikan pada pasangan anda adalah melalui pernyataan “I “ messages. I messages dapat mengekspresikan emosi, dengan cara yang tidak mengancam, karena difokuskan pada perasaan pembicara dan tidak menyalahkan pasangan.
“I” message berbeda dengan “you” message. “You” message menempatkan kesalahan dan men-judge orang lain. Contoh: “Kamu selalu lupa ulang tahun saya”, atau “Kamu nggak pernah perhatian”. Apa yang anda rasakan setelah mendengar “You” message?

Cara menyampaikan “I” message:
1.     pernyataan mengenai perasaan pembicara
2.     pernyataan mengenai tingkah laku atau kejadian yang mempengaruhi perasaan tersebut secara faktual
3.     alasan mengapa pembicara memiliki perasaan seperti itu

Contoh:
-Saya merasa kecewa saat kamu tidak menjawab pertanyaan saya, karena pendapat dari kamu sangat penting untuk saya.
-Saya merasa sedih saat kamu berbicara kepada saya dengan volume yang agak tinggi
-Saya merasa marah saat kamu memberikan kado pemberian saya kepada orang lain, karena saya telah bersusah payah membeli kado itu untuk kamu

Mencari Solusi 
Memiliki pendapat yang berbeda dengan pasangan merupakan hal yang wajar. Penelitian Gottman mengungkap bahwa 70 % konflik dalam hubungan pernikahan tidak pernah benar-benar hilang. Konflik yang tidak terselesaikan,dalam suatu pernikahan merupakan hal yang biasa terjadi. Beberapa hal yang dapat membantu anda untuk menemukan solusi dari permasalahan:

1.     Pertimbangkan bila anda berada di posisi pasangan. Bayangkan apa yang anda rasakan dan reaksi yang anda lakukan bila berada di posisi tersebut. Dapatkah anda melihat situasi berdasarkan cara pandang pasangan anda?
2.     Validasi emosi dari pasangan anda. Entah anda benar-benar dapat , memahami atau berempati pada pasangan anda, namun merupakan hal yang penting bila anda berusaha mengenali dan memberi penguatan terhadap emosi pasangan anda. Contoh: gunakan sentuhan lembut pada pasangan, “Maaf sehingga kamu sampai merasakan hal seperti itu”.

3. Nyatakan kesediaan untuk berkompromi
Bukan berarti anda harus menyerah atau mengubah pemikiran anda sesuai apa yang dimaui pasangan. Tapi berarti anda mempertimbangkan untuk bersikap lebih fleksibel dalam memecahkan masalah. Adakah hal yang bisa anda ubah untuk memecahkan masalah?
 Minta pada pasangan anda untuk melakukan hal yang sama. Secara individual buatlah daftar solusi yang memungkinkan dari masalah ini. Setelah itu berbagilah dengan pasangan daftar tersebut.  Apakah ada hal yang lebih bisa diterima dibanding pilihan lain dalam daftar tersebut?
4.     -Terkadang tidak setuju terhadap masalah itu hal yang wajar
Pada beberapa situasi, anda dapat setuju atau tidak setuju, lalu move on seperti biasa. Ini bukan berarti anda tidak mencintai atau tidak peduli terhadap pasangan.  Bila anda tidak setuju terhadap suatu masalah, jangan lupa untuk tetap mengekspresikan cinta dan apresiasi anda terhadap pasangan. 

Daftar Pustaka
Baugh & Humphries. Can we talk? Improving couples communication. Retrieved 2012. Florida: University Of Florida Extension.
Darrington & Brower. 2012. Effective communication skills: i messages and beyond. Utah: Utah State University Cooperative Extension Family & Community/Relationship 2012.


Wednesday, July 25, 2012

Permainan Pikiran yang Membuat Anda (Merasa) Kalah

Permainan Pikiran yang Membuat  Anda (Merasa) Kalah

  Rio dan Buro baru saja mengalami kenaikan gaji sebesar Rp.500.000. Keduanya sama-sama pegawai baru, belum menikah, tidak memiliki tanggungan keluarga dan berasal dari latar belakang ekonomi yang sama, dan juga memiliki gaya hidup yang sama karena keduanya sering ‘nongkrong’ bareng. Namun mengapa setelah mengalami kenaikan gaji tersebut Rio merasa sedih sementara Buro merasa senang?

 Banyak orang yang belum mengetahui bahwa emosi yang timbul pada diri kita seperti sedih, marah, ataupun senang, merupakan hasil dari pikiran kita sendiri dalam memaknai kejadian yang terjadi. Mereka berpikir bahwa emosi yang terjadi diakibatkan secara langsung dari kejadian. Padahal dari kejadian yang sama- seperti kasus Rio dan Buro di atas- emosi yang muncul sangat beragam- sehingga kita dapat menyimbulkan bukan kejadian-lah penyebab, namun pemikiran (kognisi) individu.

 Rio merasa sedih (emosi) karena ia berpikir sebagai pegawai baru ia telah bekerja ekstra keras di tahun pertamanya namun kenaikan gaji ini baru terjadi sekarang (pemikiran: belief) sehingga ia berpikir performa dia dalam pekerjaan sepertinya dinilai rendah oleh perusahaan (pemikiran: belief). Harapan Rio adalah ia menjadi pegawai terbaik tahun ini dan langsung mendapat kenaikan gaji dua kali lipat dari sekarang ini (pemikiran: expectancy). Sementara Buro di pihak lain, merasa senang (emosi) karena ia berpikir dengan membandingkan diri pada perusahaan lain, yang hanya mendapat kenaikan gaji Rp.200.000, sementara ia telah mendapat Rp.500.000. Ia berpikir bahwa management perusahaan sangat menghargai performanya (pemikiran: belief). Ia juga berpikir bahwa kenaikan ini bisa terjadi secara berkala (pemikiran: belief).

 Kejadian → Pikiran (Kognisi) → Emosi

 Kasus di atas adalah kasus sederhana, bagaimana pemikiran seseorang sangat penting dalam mengakibatkan terjadinya emosi tertentu. Terkadang secara otomatis ataupun sudah dipikirkan terlebih dahulu, dalam aktifitas sehari-hari kita sering bermain-main dengan pikiran kita, dan menghasilkan pikiran kepada diri kita bahwa kita kalah. Menurut Prof. Tian Oei (2012), beberapa permainan pikiran yang sering kita lakukan berikut ini:
  1. Whys and The Why
Individu menuntut jawaban yang absolut dari permasalahannya. Contoh: mengapa saya tidak berhasil mendapatkan tender? Apakah karena saya kurang memiliki kemampuan? Apa yang membuat saya mengucapkan kata-kata yang salah dalam tender? Mengapa pihak itu bertanya hal A dalam tender? Mengapa saya tidak memakai pakaian yang bagus dalam tender? Mengapa rekan saya tidak menjawab pertanyaan mereka dengan baik?
2. 100 % is the only goal-any less is failure: 
Dalam performance pekerjaan ataupun aktifitas sehari-hari lainnya, individu menganggap tujuannya harus tercapai 100 %, kurang dari 100% adalah suatu kegagalan - Saya harus bagus setiap saat - Saya harus memberi/ menerima kesenangan setiap saat - Saya harus terlihat sempurna Co: Arya mendapat nilai ujian A-, hal ini membuatnya merasa gagal karena ia berpikir seharusnya ia mendapat A
3. Mendefinisikan kebahagiaan dengan menggantungkan kepada orang lain daripada diri sendiri
Contoh: Saya hanya bisa bahagia apabila teman-teman menyukai saya
4. Mendefinisikan kebahagiaan dalam konteks kejadian eksternal yang berada di luar control kita. 
Contoh: Saya hanya bisa bahagia apabila pertunjukan yang saya lihat menarik
5. Menuntut diri anda terlalu berlebihan
Contoh: Saya harus bisa mengatasi depresi atau kecemasan saya sendirian Masalah saya adalah yang paling buruk dan tidak ada yang akan mengerti saya
6. Menggunakan kata ”tapi” secara fatal, dari hal-hal yang positif ke hal-hal yang negatif Contoh: Hal ini berjalan lancar saat ini, tapi ini tidak akan bertahan lama
7. Menambahkan kata “bagaimana kalau” yang bersifat negatif kepada negatif
Contoh: Mungkin saya bisa melakukan ini, tapi bagaimana kalau saya tidak bisa?
 8. Melakukan analisis dalam setiap kejadian yang telah terjadi dengan memperbesar hal-hal negatif dan mengabaikan hal positif (post-mortem), selalu dengan elemen menyalahkan diri sendiri 
: Meskipun waktu itu saya bisa bertahan, itu hanya karena kebetulan, dan lain kali saya tidak akan bertahan
 9. Berpikir seakan dunianya telah kiamat, berpikir mengenang tragedi-tragedi sehingga langsung merasa tidak enak
Contoh: Saya tidak bisa melanjutkan kehidupan saya kalau pasangan saya meninggalkan saya
 10. Memiliki pikiran “sudah jatuh tertimpa tangga”, berulang kali mengalami tragedy buruk berkali-kali sehingga merasa sekarat

PERMAINAN PIKIRAN BARU YANG PERLU DIMAINKAN:



 Pada permainan pikiran yang memainkan lose-lose game, sekarang, kita tentunya menginginkan agar anda memainkan Win-Win game, menghadirkan kemenangan kepada anda sendiri
1. 100 % is not the only goal
Ada perbaikan/kenaikan yang bertahap Contoh: restaurant saya tidak langsung menjadi tempat paling bagus se-Jakarta, namun setiap minggunya terdapat kenaikan jumlah pengunjung
2. “Tapi”..yang tadinya positif-negatif, menjadi negatif ke positif
Co: Saya punya kepala yang botak, TAPI ini bukan akhir dari dunia
3. What IF Game
Berubah dari “negatif ke negatif” menjadi positif ke positif Saya terlihat bagus dalam pidato saya, apa yang terjadi kalau besok saya berpidato lagi dengan lebih baik?
 4. Berhenti menjadi musuh besar bagi anda sendiri
Bersikaplah lembut, baik dan ramah kepada diri anda sendiri. Hargai apa yang sudah anda lakukan. Contoh: setiap mengalami kenaikan jumlah di bisnis anda meskipun angkanya kecil, berikan tepukan di punggung kepada diri anda sendiri, good job!
5. Analisis kejadian buruk diubah dari menyalahkan diri sendiri menjadi analisis menemukan potensi-potensi atau diri anda sendiri yang dilihat berdasarkan pengalaman belajar anda

Contoh: saya tidak mendapat hasil yang signifikan kali ini, namun berdasarkan pengalaman saya, nampaknya potensi kreatifitas saya cukup baik sehingga berhasil mendapat pujian dari pengunjung tahun lalu
6. Ciptakan sesuatu yang baru dan bermakna dari pemikiran anda



Cheers, 
RumahPohonKemang

Friday, April 13, 2012

Masalah dalam Kehidupan Sehari-hari



Apakah anda merasa memiliki masalah ?
Apakah anda tahu cara menanganinya?
Pernahkan anda datang kepada Psikolog, Psikiater atau Kounselor?
Apakah anda pernah mencoba menangani diri anda sendiri?


Masalah secara psikologis sering kali muncul namun tidak disadari oleh individu. Padahal, kondisi psikologis individu akan sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan. Akibatnya, masalah psikologis yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan munculnya gejala penyakit fisik.
Individu yang menyadari adanya masalah psikologis yang terjadi pada dirinya atau pada orang lain di sekitarnya, terkadang juga sering meremehkan terjadinya masalah tersebut karena menganggap masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya dengan berjalannya waktu. Terkadang suatu masalah kecil kemudian ditimpuk oleh masalah-masalah kecil lain sehingga menjadi suatu tumpukan masalah.


Ada beberapa reaksi individu dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah memberikan reaksi menghindar, hal ini akan terlihat dari tingkah laku mereka seperti menolak membicarakannya, menghilang, tidak jarang juga mereka melakukan banyak tindakan melarikan diri yang bersifat merusak seperti meminum alkohol atau obat-obatan. Hal ini tentunya merupakan suatu hal yang harus dihindari, karena mau tidak mau setelah aktifitas melarikan diri tersebut, masalah individu tidak akan hilang ke mana pun, sementara konsekuensi dari tindakan tersebut yang bertambah banyak dapat merugikan individu.


Sebelum mulai menangani suatu masalah, ada baiknya kita mengenali terlebih dahulu peristiwa-peristiwa kehidupan yang dapat menjadi pemicu terjadinya permasalahan psikologis atau stress:
1. Perubahan hidup, termasuk di dalamnya berbagai kejadian yang memberikan perubahan hidup secara mendadak seperti perkawinan, perceraian, pindah tempat kerja, jadwal kerja yang padat
2. Masa transisi, memasuki suatu fase tahapan kehidupan baru seperti masa pubertas, masa pra-pensiun
3. Krisis kehidupan, berupa perubahan status yang drastis dalam kehidupan seseorang seperti PHK, bangkrut, hutang akibat gagal panen
4. Bencana alam seperti gempa bumi, banjir
5. Kondisi lingkungan fisik seperti cuaca yang terlalu panas, lingkungan yang padat, kemacetan
6. Masalah dalam lingkungan sosial seperti hubungan yang buruk dengan orang tua, rekan kerja
7. Penyakit kronis
8. Adanya cacat tubuh

Pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa tersebut, dapat membantu individu untuk mengelola lebih lanjut permasalahan psikologisnya, sehingga individu mampu mengatur dan menyadari kapabilitasnya sendiri dalam menghadapi suatu masalah. Misalnya individu yang sedang dalam proses mempersiapkan pernikahan, memperlihatkan reaksi mudah tersinggung, ia akan lebih mudah mengatur perasaannya apabila ia menyadari hal ini terjadi karena ia sedang mengalami perubahan kehidupan yang mampu memicu terjadinya stress.
Namun ada kalanya individu memang tidak mampu mengatasi permasalahannya sendiri.
Bila individu tidak mampu mengatasi kejadian-kejadian tersebut, maka individu akan mengalami kelelahan psikologis.

Beberapa tanda Adanya Kelelahan Psikologis:
1. Gangguan Tidur ( Kesulitan Tidur, Mimpi Buruk,
2. Gangguan Makan (Tidak nafsu Makan atau Nafsu Makan Berlebihan)
3. Sulit berkonsentrasi
4. Masalah Emosional (Menangis terus menerus, mudah tersinggung)
5. Perasaan tidak berdaya, hampa
6. Merasa sendiri, terisolasi
7. Ketakutan yang berlebihan
8. Meningkatnya pemakaian alkohol, nikotin atau konsumsi obat
9. Menggigit kuku


Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kelelahan psikologis tersebut. Di antaranya:
- Berbagi rasa kepada teman, keluarga atau orang dekat yang dipercaya
- Melakukan kegiatan atau hobi yang disukai
- Melakukan kegiatan yang baru ia lakukan atau kegiatan yang memiliki makna baru bagi individu
- Menjaga kesehatan fisik seperti makan, istirahat dan berolahraga secara teratur dalam porsi yang sesuai
- Melakukan pemikiran yang reflektif mengenai masalah yang terjadi, mencakup :
*alternatif solusi dari masalah tersebut
* hikmah atau hal positif apa yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
* terkadang lebih mudah bagi individu untuk memikirkan masalah tersebut bila dirinya mengambil jarak dari masalah tersebut dengan memposisikan dirinya seakan-akan dirinya adalah orang lain atau orang "di atas sana" yang sedang menilai situasi yang dialami individu
*berpikir ulang apakah pemikiran yang dimilikinya adalah sesuatu yang memiliki bukti dan logika yang memadai, atau hanya pemikiran yang over-generalisasi, pemikiran yang langsung loncat pada kesimpulan, dan pemikiran yang terlalu berfokus pada “should”. -berkonsultasi kepada Psikolog, Psikiater atau Kounselor
- mempelajari informasi ataupun cara menolong diri sendiri (self-help).



Contoh Kasus
Pak Irwan merasa tidak dihargai saat ia pergi ke supermarket, petugas di kasir menertawakannya. Menurut pemikirannya semua orang seharusnya hormat pada dirinya mengingat posisinya sebagai Camat di Kecamatan tersebut. Padahal yang terjadi, petugas di kasir menertawakan peristiwa yang terjadi, dimana ia salah memberikan kembalian, bukan menertawakan orang yang ia layani. Pak Irwan berpikir, seharusnya sebagai petugas di supermarket tersebut harusnya bersikap sopan dan santun (irrational belief). Pak Irwan merasa marah lalu bercerita pada temannya yang menanggapi hal tersebut dengan dingin. Kemarahan Pak Irwan lalu bertambah.
Pemikiran Pak Irwan adalah sesuatu yang wajar dan 'manusiawi' karena ingin dihargai dan diperlakukan sopan, pemikiran Pak Irwan yang terlalu cepat menarik kesimpulan membuatnya merasa kesal.
Terkadang dunia tidak harus selalu “perfect”. Dunia atau semua orang tidak harus “selalu” bersikap sesuai dengan harapan individu, ada kalanya saat-saat dunia tidak berjalan sesuai harapan. Dan dunia tidak berpusat pada Pak Irwan semata.

-Kami menyediakan informasi mengenai cara menolong diri sendiri, beserta pelatihan penanganan yang dapat dipelajari sendiri, dan juga konsultasi psikologi.
Hubungi Kami.